Dalambudaya di bali Kita sering Mendengar kata Rarapan/sesajen kecil yang dihaturkan sepulang dari bepergian, atau datang ketempat kerja dan yang lainnya. di pinggir jalan, di jaba pura, di areal bekerja,yang sering dilalui. Termasuk juga di rumah, kita bisa menghaturkannya di pelinggih penunggun karang. Jadi dengan demikian rarapan – Sebelum Melakukan Persembahyangan Hendaknya Kita Mempersiapkan Diri, Mental Dan Ketenangan Batin Agar Lebih Fokus Saat Melakukan Sembah Bakti Kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Juga Mempersiapkan Perlengkapan Sarana Persembahyangan Seperti Canang/Banten, Dupa dan Toya Tirta. . . *Menyediakan Canang dan Dupa Secukupnya, *Menyediakan Tirta atau Toya Anyar Untuk Persembahyangan, Tirta Menaruh Di Unggah/Ngunggahang 1 wadah tirta 1 gelas kecil Tirta/Toya anyar Pada tiap-tiap pelinggih merajan/kemulan seperti padmasana, Rong telu, Rong dua, Ngrurah atau Taksu. Jika Tidak Ada Padamasana, Maka simbolkan Padmasana itu sebagai Pengayengan Surya yang Letaknya di Pojok kanan atau kiri barat Daya/Timur Laut Posisi Pemerajan/Kemulan. Selanjutnya Silakan menghaturkan persembahan banten/sesajen/canang ke setiap pelinggih di rumah kita seperti di Sanggah kemulan, Siwareka, Penunggun karang dan Pelangkiran di kamar-kamar dan lain-lainnya. Setelah Menghaturkan Persembahan dan Persiapan sarana juga mental diri sudah siap dan tenang, silakan mulai dengan doa/mantram, Pusatkan Pikiran dengan 1 satu titik terang dan heningkan pikiran kita agar fokus, tenang, pasrah tulus ikhlas menyerahkan raga/diri kita kepada Tuhan. Sucikan Dahulu Sarana Dupa dan bunga Sucik4n Dupa = Om Ang Dupa Dipastra Ya Namah Sucikan Bunga = Om Puspa Danta Ya Namah Selanjutnya Silakan melakukan Doa/Mantram Penyucian dan Trisandhya 1. Doa/Mantram Penyucian Diri Om Awignam Astu namo sidham, Om sidhirastu tad astu astu ya namah swaha Artinya Om Hyang Widhi, kami memujamu semoga atas perkenan-Mu tiada halangan bagi hamba untuk memulai pekerjaan, dan semoga sukses. a. Asana, Puja Asana = Duduk Padmasana, Sidhasana, Silasana, Vajrasana Om Prasada Sthiti Sarira Siva Suci Nirmala Ya Namah Svaha Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Suci, pemelihara kehidupan, hamba puja Dikau dengan sikap yang tenang. b. Pranayama = Pusatkan Pikiran, Hening dengan 1 titik terang * Puraka Menarik Nafas = Tarik Nafas 1 Detik Om Ang Namah * Kumbaka Menahan Nafas = Tahan Nafas 4 detik Om Ung Namah * Recaka Mengeluarkan Nafas = Hembuskan Nafas 2 detik Om Mang Namah Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur alam semesta hamba puja Dikau. c. Kara Sodhana Sarira Suddha Om Soddha Mam Svaha Telapak Tangan Kanan Diatas/Seperti Meminta/Nunas Anugrah Om Ati Soddha Mam Svaha Telapak Tangan Kiri Diatas Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, sucikanlah hamba dari segala dosa. d. Berjapam / Japa Mantra Meditasi Mantra / Japa Yoga dengan mantra ini dapat dilakukan siapa saja. Biasanya dilakukan sebanyak 108X atau 1 putaran rudraksha. Pengulangan mantra dilakukan dengan penuh keyakinan dan kebijaksanaan, bisa juga dengan membayangkan / memvisualisasikan image/gambar Deva Shiva, Brahma, Wisnu, Iswara atau Deva Shri Ganesha dalam pikiran sembari terus mengulang menyanyikan mantra ini dalam hati. Semoga dengan mengikatkan pikiran kita pada mantra ini kita mendapat vibrasi spiritual setelah melakukan japa dengan mantra ini. Mantram Sembahyang Agama Hindu Sehari-hari NB Lakukan Japam Mantram Sesuai Dengan Ketulusan Anda, Misal 3X atau 9X. Kalau Bisa Dengan Japam Gayatri Mantram Lebih Baik. 2. Puja Tri Sandhya 1. Om…Om…Om…Bhur Bhuvah Svah, Tat Savitur Varenyam, Bhargo Devasya Dhimahi, Dhiyo Yo Nah Pracodayat 2. Om Narayana Evedam Sarvam, Yad Bhutam Yasca Dhavyam, Niskalanko Niranjano Nirvikalpo, Nirakhyatah Sudho Deva Eko, Narayano Na Dvityo Sti Kascit 3. Om Tvam Sivah Tvam Mahadeva, Isvarah Paramesvarah, Brahma Visnusca Rudrasca, Purusah Parikirtitah 4. Om Papo’ham Papa Karmaham, Papatma papa sambavah, Trahi Mam Pundarikaksah, Sabahyabhyantarah Sucih 5. Om Ksmasva Mam Mahadevah, Sarvaprani Hitankara, Mam Moca Sarva Papebhyah, Palayasva Sada Sivah 6. Om Ksantavyah Kayiko Dosah, Ksantavyo Vacika Mama, Ksantavyo Manaso Dosah, Tat Pramadat Ksamasva Mam, Om Santih, Santih, Santih Om NB Bait Trisandhya yang benar dan sering Umat Hindu Keliru Bhavyam Seharusnya Dhavyam, Asti Seharusnya Sti, Hitangkara Seharusnya Hitankara Artinya 1. Om Sanghyang Widhi Wasa yang menguasai ketiga dunia ini, Engkau Maha Suci, sumber segala cahaya dan kehidupan, berikanlah budi nurani kami penerangan sinar cahaya-Mu Yang Maha Suci. 2. Om Sanghyang Widhi Wasa, sumber segala ciptaan, sumber semua makhluk dan kehidupan, Engkau tak ternoda, suci murni, abadi dan tak ternyatakan. Engkau Maha Suci dan tiadalah Tuhan yang kedua. 3. Om Sanghyang Widhi Wasa, Engkau disebut juga Siwa, Mahadewa, Brahma, Wisnu dan juga Rudra, karena Engkau adalah asal mula segala yang ada. 4. Om Sanghyang Widhi Wasa, hamba-Mu penuh kenestapaan, nestapa dalam perbuatan, jiwa, kelahiran. Karena itu oh Hyang Widhi, selamatkanlah hamba dari kenestapaan ini, dan sucikanlah lahir bathin hamba. 5. Om Sanghyang Widhi Wasa, Yang Maha Utama, ampunilah hamba-Mu, semua makhluk Engkau jadikan sejahtera, dan Engkau bebaskan hamba-Mu dari segala kenestapaan atas tuntunan suci-Mu oh Penguasa kehidupan. 6. Om Sanghyang Widhi Wasa, ampunilah segala dosa dari perbuatan, ucapan, dan pikiran hamba, semoga segala kelalaian hamba itu Engkau ampuni. Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga damai di hati, damai di dunia, dan damai selalu. Urutan-urutan sembah bakti, baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama adalah seperti di bawah ini, dengan catatan apabila dipimpin oleh Sulinggih atau Pinandita maka umat melafalkan mantram/doa di dalam hati. Mantram Sembahyang Agama Hindu Sehari-hari NB Ada Lima Tatacara Menyembah Sesuai Dengan Siapa Yang Kita Sembah, Yaitu a. Sembah ke hadapan Sang Hyang Widhi cakupan tangan terletak di atas ubun-ubun / siwa dwara. b. Sembah terhadap Dewa cakupan tangan berada sejajar kening atau dahi di sekitar daerah tri netra. c. Sembah terhadap leluhur, cakupan tangan dengan ujung jari sejajar ujung hidung; d. Penghormatan pada sesama umat, cakupan tangan berada sejajar dengan dada atau hulu hati; e. Upasaksi kepada Bhuta Kala, cakupan tangan berada di dada / hulu hati dengan ukung jari menghadap ke bawah. 1. Sembah tanpa bunga Muyung Mantram Om Atma Tattvatma Soddha Mam Svaha Artinya Om Atma atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba. 2. Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai Sanghyang Aditya dengan sarana bunga, Bunga Putih kalau ada sebagai simbol surya jika tidak ada, pakai bunga merah saja atau yang lainnya. Mantram Om Adityasyaparam Jyoti Rakta Tejo Namo’stute Svetapankaja Madhyasthah Bhaskarayo Namo’stute Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, Sinar Surya Yang Maha Hebat, Engkau bersinar merah, hormat pada-Mu, Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih, hormat pada-Mu pembuat sinar. 3. Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai Ista Dewata dengan sarana Kwangen / Sekar Angkep Putih, Kuning, Barak, Selem Mantram Om namo devaya Adhisthanaya, Sarva vyapi vai sivaya, Padmasana ekapratisthaya, Ardhanaresvaryai namo namah svaha Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat kami kepada dewa yang bersemayam di tempat utama kepada Siwa yang sesungguhnya berada dimana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvari hamba menghormat. 4. Menyembah Sanghyang Widhi Wasa sebagai Pemberi Anugerah, dengan sarana Kwangen atau bunga. Mantram Om Nugrahaka Manohara, Deva Dattanugrahaka, Arcanam Sarva Pujanam, Namah Sarvanugrahaka, Om Deva Devi Mahasiddhi, Yajnangga Nirmalatmaka, Laksmi Siddhisca Dirghayuh Nirvighna Sukha Vrddhisca Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah. Anugerah pemberian Dewa, pujaan dalam semua pujian, hormat pada-Mu pemberi semua anugerah. Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud Yajna, pribadi suci, kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur, kegembiraan dan kemajuan. 5. Sembah tanpa bunga Muyung. Mantram Om Deva Suksma Paramacintyaya Namah Svaha. Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, hormat pada Dewa yang tak berpikiran yang maha tinggi, yang maha gaib. Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon nunas Tirtha air suci dan Bija/Wibhuti. 6. Metirtha. Sebelum Tirtha dipercikkan, ucapkan terlebih dahulu mantram ini Om Pratama Sudha, Dvitya Sudha, Tritya Sudha, Caturti Sudha, Pancami Sudha, Sudha, Sudha, Sudha Variastu Namah Svaha. Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga kami dianugerahi kesucian, hormat kepada-Mu. Dapat pula dengan menggunakan mantram berikut ini a. Pemercikan Tiga Kali Ke Ubun – Ubun Om Ang Brahma Amrtha Ya Namah Om Ung Wisnu Amrtha Ya Namah Om Mang Isvara Amrtha Ya Namah Artinya Om Hyang Widhi Wasa, bergelar Brahma, Wisnu, Iswara, hamba memuja-Mu semoga dapat memberi kehidupan dengan tirtha ini. b. Minum Tirtha Tiga Kali Om Sarira Paripurna Ya Namah, Om Ang Ung Mang Sarira Sudha, Pramantya Ya Namah, Om Ung Ksama Sampuranya Namah. Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, Maha Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur segala ciptaan, semoga badan hamba terpelihara selalu, bersih, terang dan sempurna. c. Meraup, Mengusap Tirtha Ke Muka Ke Arah Atas Om Siva Amertha Ya Namah, Om Sadha Siva Amertha Ya Namah, Om Parama Siva Amertha Ya Namah. Artinya Oh Hyang Widhi Siwa, Sadha Siwa, Parama Siwa hamba memuja-Mu semoga memeberi amrtha pada hamba. d. Memasang Bija Mawija atau mabija dilakukan setelah usai mathirta, yang merupakan rangkaian terakhir dari suatu upacara persembahyangan. Wija atau bija adalah biji beras yang dicuci dengan air bersih atau air cendana. Kadangkala juga dicampur kunyit Curcuma Domestica VAL sehingga berwarna kuning, maka disebutlah bija kuning. Bila dapat supaya diusahakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah aksata Bija Untuk Di Dahi 3 Biji utuh Om Sriyam Bhavantu Artinya Oh Hyang Widhi, semoga kebahagiaan meliputi hamba Bija Untuk Di Bawah Tenggorokan 2 Biji Utuh Om Sukham Bhavantu Artinya Oh Hyang Widhi, semoga kesenangan selalu hamba peroleh Bija Untuk Ditelan 3 Biji Utuh Om Purnam Bhavantu Om Ksama Sampurna Ya Namah Svaha. Artinya Oh Hyang Widhi, semoga kesempurnaan meliputi hamba, Oh Hyang Widhi semoga semuanya menjadi bertambah sempurna. Meninggalkan Tempat Suci, Di Dahului Parama Santih OM SANTIH, SANTIH, SANTI OM. Artinya Om Sanghyang Widhi Wasa, semoga damai dihati, damai didunia dan damai selalu. Mantram Sembahyang Agama Hindu Sehari-hari CATATAN KAKI Dalam kitab Weda Parikrama yang menyebutkan bahwa peletakan bija yang benar adalah Ubun-ubun Om Ing Isana ya namah Sela-sela alis Om Tang Tat Purusha ya namah Pangkal tenggorokan Om Ang Agora ya namah Bahu kanan Om Bang Bamadewa ya namah Bahu kiri Om Sang Sadiyojata ya namah Belakang leher tengkuk Om Hang Hrdaya ya namah Bel4kang telinga kanan Om Hring Kaya Sirase ya namah Belakang telinga kiri Om Rah Phat Astra ya namah Dan pada waktu Memegang bunga atau kwangen tidak selalu di ujung jari tengah kanan dan kiri, tetapi juga di jari yang lain, misalnya kalau memakai kwangen, tentu tidak kuat kalau hanya dipegang di kedua ujung jari itu. Yang penting Usahakan agar ujung bunga/ kwangen tidak melewati ubun-ubun Siva dvar = Siwadware. Kedua telapak tangan menyatu mencakup sebagai simbol penyatuan shakti’ dan dharma’. Patut pula diingat bahwa wija di samping sebagai lambang Kumara, juga sebagai sarana persembahan. Agaknya perlu juga dikemukakan di sini bahwa wija/bija tidak sama dengan bhasma. Kadangkala antara wija/bija dan bhasma itu pengertiannya rancu. Wija tersebut dari beras sedangkan bhasma terbuat dari serbuk cendana yang sangat halus. Serbuk ini diperoleh dengan menggosok-gosokkan kayu cendana yang dibubuhi air di atas sebuah periuk atau dulang dari tanah liat. Kemudian hasil gosokan asaban itu diendapkan. Inilah bahan bhasma. Kata bhasma sendiri secara harfiah berarti abu atau serbuk. Kata ā€œbhasā€ dalam kata bhasma tidak sama dengan kata baas dalam bahasa Bali yang berarti beras. Karena kata Bhasma adalah kata dalam bahasa Sansekerta. Pemakaiannyapun berbeda. Kalau wija umumnya dipakai oleh orang yang masih berstatus walaka, sedangkan bhasma hanya dipakai oleh Sulinggih yang berstatus sebagai anak lingsir. Kata wija berdekatan artinya dengan kata Walaka dan Kumara yang berarti biji benih atau putera. . . Bhasma dalam hal ini adalah lambang Sunya atau Siwa. Dengan pemakaian bhasma itu Sulinggih bersangkutan menjadikan dirinya Siwa Siwa Bhasma, disamping sebagai sarana untuk menyucikan dirinya Bhasma sesa. . Post Views 481 CARAMEMPERSEMBAHKAN CANANG SARI DAN MANTRA MEBANTEN ą„. Bila canang dihaturkan sesuai dengan pengider-ideran Panca Dewata yang tepat, canang merupakan segel suci niskala yang memiliki kekuatan kerja-nya sendiri. Tapi kekuatan-nya akan menjadi lebih aktif jika kemudian segel suci suci niskala ini kita hidupkan dan gerakkan dengan kekuatan MANTRA HINDU PUJA TRISANDYA PENGASTAWA PADA KAHYANGAN PUJA ASTUTI UNTUK TUJUAN KHUSUS PUJA/DOA SEMBAHYANG KRAMANING SEMBAH DAN DOA MOHON TIRTHA UMUM VIDEO MANTRA BANTEN FILOSOFI BALI DONGENG HINDU TENTANG KONTAK KAMI [ X Tutup Iklan] Sejarah Lengkap Penunggu Karang Atau Sedahan Karang Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang di perumahan untuk membedakan dengan Sedahan Sawah di sawah dan Sedahan Abian di kebun/ tegalan/ abian. Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh dinding dan gerbang saja, terutama ketika berhadapan dengan gangguan mistis. Untuk […] Selengkapnya DinasTenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Buleleng tepatnya pada Sabtu,13 Agustus 2016 melaksanakan persembahyangan bersama di Penunggun karang yang bersamaan dengan jatuhnya hari tumpek wariga/tumpek pengatag.Dalam persembahyangan bersama ini hadir Sekretaris Disnakertrans Putu Darmi S.Sos,Kasubag Umum Made Suadnyana,Kasubag Perencanaan Oka Adnyana dan seluruh staff PNS Maupun kontrak. Di Bali Penunggun Karang atau juga disebut sebagai Palinggih Pangijeng, merupakan salah satu tempat suci pekarangan rumah yang berfungsi sebagai sedahan penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya agar senantiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala niskala. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang di perumahan untuk membedakan dengan Sedahan Sawah di sawah dan Sedahan Abian di kebun/ tegalan/ abian. Pembangunan Penunggun Karang Dalam lontar Kala Tattwa disebutkan bahwa Ida Bethara Kala bermanifestasi dalam bentuk Sedahan Karang/ Sawah/ Abian dengan tugas sebagai Pecalang, sama seperti manifestasi beliau di Sanggah Pamerajan atau Pura dengan sebutan Pangerurah, Pengapit Lawang, atau Patih. Di alam madyapada, bumi tidak hanya dihuni oleh mahluk-mahluk yang kasat mata, tetapi juga oleh mahluk-mahluk yang tidak kasat mata, atau roh. Roh-roh yang gentayangan misalnya roh jasad manusia yang lama tidak di-aben, atau mati tidak wajar misalnya tertimbun belabur agung abad ke 18 akan mencari tempat tinggal dan saling melindungi diri dari gangguan roh-roh gentayangan, manusia membangun Palinggih Sedahan. Penempatan Penunggun Karang Penunggun Karang dapat ditempatkan dimana saja asal pada posisi ā€œtebenā€ jika yang dianggap ā€œhuluā€ adalah Sanggah Kemulan. Karena fungsinya sebagai Pecalang, sebaiknya berada dekat pintu gerbang rumah. Jika tidak memungkinkan boleh didirikan di tempat lain asal memenuhi aspek kesucian. Yang perlu diperhatikan, bangunan Palinggih Sedahan harus memenuhi syarat Pondamennya batu dasar terdiri dari dua buah bata merah masing-masing merajah ā€œAngkaraā€ dan ā€œOngkaraā€ Sebuah batu bulitan merajah ā€œAng-Mang-Ungā€; berisi akah berupa tiga buah batu merah merajah ā€œAngā€, putih merajah ā€œMangā€,dan hitam merajah ā€œUngā€ dibungkus kain putih merajah Ang-Ung-Mang Di madia berisi pedagingan panca datu, perabot tukang, jarum, harum-haruman, buah pala, dan kwangen dengan uang 200, ditaruh di kendi kecil dibungkus kain merajah padma denganpanca aksara diikat benang tridatu Di pucak berisi bagia, orti, palakerti, serta bungbung buluh yang berisi tirta wangsuhpada Pura Kahyangan Tiga. Persyaratan ini ditulis dalam Lontar Widhi Papincatan dan Lontar Dewa Tattwa. Jika palinggih sedahan tidak memenuhi syarat itu, yang melinggih bukan Bhatara Kala, tetapi roh-roh gentayangan itu antara lain Sang Butacuil. Jika melaspas atau ngelinggihan membutuhkan kepekaan dari seorang pinandita/pandita untuk tahu siapa yang menjadi penguasa tempat itu. Semua penguasa alam seperti Hyang Bahu Rekso, diketuai oleh Deva Ganesha, jadi Hyang Bahu Rekso dikelompokkan ke dalam GANA BHALA pasukan Gana, Jadi kalau di rumah menstanakan Ganesha itu sangat baik karena Ganesha meiliki multifungsi diantaranya adalah Sebagai VIGHNASVARA Penghalau segala rintangan OM VAKTRA TUNDA MAHA KAYA SURYA KOTI SAMAPRABHA NIRVIGHNA KURUME DEVA SARVA KARYESU SARVADAM. makanya para Balian meuja Beliau agar dapat menghilangkan penyakit. Sebagai SIDDHI DATA sebagai pemberi kesuksesan, SARVA KARYESU SARVADAM. Sebagai VINAYAKA Lambang kecerdasan intelek, makanya dijadikan simbol pengetahuan, dan baik untuk anak-anak. Sebagai BUDHIPRADAYAKA Memantapkan kebijaksanaan setiap Vaidika Dharma pencari kebenaran, Sebagai LAMBODARA Sumber kemakmuran. Akan lebih baik kalu di Penunggu Karang dilinggihkan Arca Ganesha devanya para Bahu Rekso, daripada tidak tahu siap yang distanakan. Penunggun Karang dalam Lontar Asta Kosala Kosali dan Asta Bhumi Dalam perhitungan dasar Asta Bhumi, pekarangan rumah biasanya dibagi menjadi sembilan, yakni dari sisi kiri ke kanan; nista, madya dan utama serta dari sisi atas ke bawah; nista, madya dan utama. seperti gambar disamping. sehingga terdapat 9 bayangan kotak pembagian pekarangan rumah. adapun pembagian posisi tersebut antara lain Posisi utamaning utama adalah tempat ā€œSanggah Pemerajanā€ Posisi madyaning utama adalah tempat ā€œBale Danginā€ Posisi nistaning utama adalah tempat ā€œLumbung atau klumpuā€ Posisi madyaing utama adalah tempat ā€œBale Daje atau gedongā€ Posisi madyaning madya adalah tempat ā€œhalaman rumahā€ Posisi nistaning madya adalah tempat ā€œdapur atau pawon / pasucianā€ Posisi nistaning Utama adalah tempat ā€œSedahan Karang" Posisi nistaning Madya adalah tempat ā€œbale dauh, tempat tidurā€ Posisi nistaning Nista adalah tempat ā€œcucian, kamar mandi dllā€ biasanya digunakan tempat garase sekaligus ā€œangkul- angkulā€ gerbang rumah. Setelah mengetahui posisi yang tepat sesuai dengan Asta Bhumi diatas untuk posisi sedahan karang, selanjutnya menentukan letak bangunan Sedan Karang tersebut. yaitu dengan mengunakan perhitungan Asta Kosala Kosali, dengan sepat atau hitungan tampak kaki atau jengkal tangan. perhitungannya dengan konsep Asta Wara Sri, Indra, Guru, Yama, Rudra, Brahma, kala, Uma. adapun perhitungannya Untuk pekarangan yang luas sikut satak , melebihi 4 are atau sudah masuk perhitungan ā€œsikut satakā€, posisi Sedahan Karang dihitung dengan dari utara menujuKala 7 tapak dan dari sisi barat menuju Yama 4 tampak .adapun alasannya adalahsesuai dengan fungsi Sedahan karang yaitu sebagai pelindung dan penegak kebenaran yang merupakan dibawah naungan dewa Yama dipati hakim Agung raja Neraka, serta tetap sebagai penguasa waktu dan semua kekuatan alam yang merupakan dibawah naungan Dewa kala. ini dimaksudkan agar Sedahan Karang berfungsi maksimal sesuai dengan yang telah diterangkan diatas tadi. Untuk pekarangan sempit yaitu pekarangan yang kurang dari 4 are seperti BTN, posisi Sedahan Karang dihitung dengan dari utara dan barat cukup menuju Sri atau 1 tampak saja. dengan maksud agar bangunan tersebut tetap berguna walau tempatnya cukup sempit, tapi dari segi fungsi tetap sama. Semoga informasi ini dapat bermanfaat untuk semeton. Ampura jika ada penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Dan mohon dikoreksi bersama jika ada. Suksma..

Doadi Penunggun Karang : Om Sang Hyang Cili Manik Maya Sang Sedahan Karang Ya Namah Swaha. Cara Melihat Tuhan Itu Ada Disini Palinggih yang memiliki fungsi sebagai pecalang niskala tentu akan selalu menjaga pekaranganya.

Pelinggih Sedahan Karang atau disebut dengan Tugu Pengijeng, Penunggun Karang atau Tunggun Karang, jika diterjemahkan secara harfiah menjadi "kuil untuk penjaga rumah". Kata "sanggah/tugu" berarti "tempat / bangunan suci", kata "pengijeng/penunggun" berarti penjaga. atau "untuk tinggal di rumah" dan kata "karang" berarti "halaman rumah". Dan hari ini yaitu hari Tumpek Wariga adalah piodalan Penunggun Karang merupakan stana Dewi Durga dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Durga Manik Maya atau lebih dikenal sebagai Sang Hyang Cili Manik Maya dan sebagai stana Bhatara Kala Raksa, karena beliau berdua dipercaya sebagai penguasa seluruh kekuatan tak kasat mata di Karang bertugas sebagai pelindung penghuni rumah dari orang berniat jahat dan gangguan gaib. Bagi penekun leak desti ilmu hitam, untuk mengirim teluh dan destinya kepada target terlebih dahulu ia harus memohon kepada Hyang Nini Bhairawi di pemuhun setra kuburan. Atas perintah Hyang Nini, maka pasti disuruhlah si penekun desti ini meminta izin kepada Penunggun Karang si target jika mau mengirim teluh dan destinya ke Penunggun Karang tidak memberikan izin dan tak berkenan, maka si penekun desti itupun tidak akan bisa berbuat apa-apa, Lebih lanjut dijelaskan, jika ada orang berniat jahat seperti pencuri atau rampok. Percaya atau tidak, kekuatannya mampu membuat orang berniat jahat linglung, bingung dan yang Penunggun Karang mampu membuat perlindungan dengan tipuan ilusi bila ada orang berniat jahat yang memasuki rumah. Bisa membuat rumah seolah-olah nampak menjadi lautan sehingga orang yang berniat jahat lari tunggang-langgang. Bahkan Penunggun Karang, dapat membuat orang yang berniat jahat berjalan sepanjang hari mengitari pekarangan rumah itu tidak menemukan jalan pulang. Anehnya lagi, Penunggun Karang mampu memunahkan dengan seketika jimat gaib seseorang yang berniat di Penunggun Karang Om Sang Hyang Cili Manik Maya Sang Sedahan Karang Ya Namah Swaha.
SejarahLengkap Penunggu Karang Atau Sedahan Karang. Penunggun Karang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara PenunggunKarang dalam Sastra Dresta disebut Sedahan Karang (di perumahan) untuk membedakan dengan Sedahan Sawah (di sawah) dan Sedahan Abian (di kebun/ tegalan/ abian). Untuk Bali, melindungi senyawa rumah, isi dan penghuni sebuah rumah adalah tugas besar yang tidak dapat ditangani secara efektif oleh dinding dan gerbang saja, terutama ketika mantracanang di penunggun ing bhupati ya namah swaha.ya tuhan,dalam wujud sanghyang bhupati hamba bersujud dihadapan mu.link mantra hindu :moho Artinya Hai Bhatara Kala sekarang di Barat Laut (Wayabya) letak tugas menjaga anda jangan lagi mengganggu kehidupan manusia. Sejak itu Bhatara Kala yang bestana di Pelinggih Penunggun Karang disebut Sang Kala Raksa yang memimpin Sang Raksa, Adi Raksa dan Rudra Raksa. Sajian tulisan di Lontar itu memang sedikit mitologis.
Akasa ditempatkan pada tempat sembahyang (pelangkiran,pelinggih dll). Di Sumur. Doa : Om Ung Wisnu Ya Namah Swaha. Arti : Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Wisnu, penguasa Air kehidupan, hamba bersujud pada-Mu. Tugu Penunggun Karang. Doa : Om Ang, Ung, Mang Paduka Guru Ya Namah Swaha. Arti : Ya Tuhan, dalam wujud Wijaksara Ang-Ung-Mang
C3nO.
  • 85xnexgab5.pages.dev/107
  • 85xnexgab5.pages.dev/845
  • 85xnexgab5.pages.dev/244
  • 85xnexgab5.pages.dev/928
  • 85xnexgab5.pages.dev/737
  • 85xnexgab5.pages.dev/487
  • 85xnexgab5.pages.dev/266
  • 85xnexgab5.pages.dev/688
  • 85xnexgab5.pages.dev/362
  • 85xnexgab5.pages.dev/302
  • 85xnexgab5.pages.dev/766
  • 85xnexgab5.pages.dev/548
  • 85xnexgab5.pages.dev/657
  • 85xnexgab5.pages.dev/140
  • 85xnexgab5.pages.dev/67
  • doa sembahyang di penunggun karang